jolma + pengharapan

Hari ini adalah harinya, yang udah bikin gw panik selama beberapa waktu belakangan ini. Hari yang bikin gw heboh sendiri, yang gw klaim penentu masa depan gw.

Ternyata.. tidak seindah yang gw ekspektasikan, cenderung bahwa gw kecewa dengan diri gw sendiri. Kecewa karena gw ga optimal, takut memupuskan harapan orang tua gw dan harapan gw sendiri juga, khawatir kalo gw ga kuat buat menghadapi sulitnya masa-masa suram itu nanti.

Belum selesai sampai di situ, dengan tumpukan emosi yang uda siap tumpah, gw juga harus menghadapi fakta bahwa orang tua dari sahabat dekat gw ternyata passed away. Setelah sekian lama dia menemani masa-masa itu. Meski dia bilang kalo dia uda siap whenever the time comes, gw tetep merasa bersalah karena gw masih sibuk dengan diri gw dan permasalahan gw sendiri.

Alibi gw, kondisi gw skarang aja loyo dan letih dengan beban emosi dan pikiran. Salah sih memang, bukan alasan memang.

Akh, entahlah. Bisa-bisanya gw terombang-ambing emosi dan pikiran kayak gini.

Sebal!

Ngerasa ga berdaya banget kalo kondisinya kayak gini.

Oia, di hari yang luar biasa ini, yang terjadi adalah selain gw wawancara terakhir dan bokap temen gw passed away, dua temen baik gw ulang tahun. Sodara sepupu gw akan wisuda, dan gw disuruh ortu buat nemenin Om dan Tante gw nanti.

Gosh!

Setiap kali gw menyebutkan kata 'ortu' rasanya beraaaattt banget, rasanya mata gw perih banget. Pikiran gw langsung menuju pada bayangan ketika sebuah surat melayang ke rumah. Surat itu kemudian diterima Nyokap yang sangat berharap. Tapi kemudian yang didapat cuma pernyataan maaf dan penolakan, pernyataan bahwa gw ngga diterima.

That picture keeps surround my minds, that I cant think about anything else rejection and rejection.

God, harus seperti ini kah yang gw alamin?
God, masih pantes ngga aku berpengharapan?
God, I'm affraid. Though you said there's nothing to be affraid of, but this one really knocked me, its about my parent. I cant help it.

Hmmmhh...